Anak Mandiri adalah Anak yang Lulus dari Perintah Orang Tua

Anak Mandiri adalah Anak yang Lulus dari Perintah Orang Tua

Senin, Oktober 15, 2018 0

"Mengajari anak-anak itu bagaikan mengukir di atas batu. Mengajari orang tua bagai mengukir di atas air."

Begitulah sejatinya anak-anak memiliki otak yang lebih cemerlang daripada kita orang dewasa. Namun seringkali kita meragukan mereka. Bahwa mereka masih kecil, mereka belum bisa, mereka belum paham. Padahal sekali saja mereka diajari, tanpa mengulang kembali mereka langsung paham, hafal bahkan meniru.

Anak adalah peniru ulung. Dia tidak menganut apa yang kita katakan. Tetapi dia meniru apa yang kita teladankan. Menurut saya, seribu teladan lebih penting bagi mereka daripada seribu nasehat.

Alhamdulillah secara mengejutkan, kemarin Baim mengerjakan kemandirian tanpa disuruh tanpa dipancing. Setelah makan kurma, ia memasukkan biji kurma ke tempat sampah. Setelah selesai membaca buku-buki bergambar, ia kembalikan ke kardus tempat buku sama seperti semula. Ambil minum air putih yang ada di botol juga sudah tidak teriak-teriak. Langsung diambil dan meminta tolong ke saya untuk membuka tutupnya. Mungkin jika botol berada di tempat terlalu tinggi dia akan bilang, Mik... Mimik... (baca: Mik, minum).

#Day10
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Kendala:
Kadang ummi tidak paham apa yang dikatakan
Pencapaian:
Mulai berbicara meskipun ummi tidak paham maksudnya
Evaluasi:
Menuntun anak menuju apa yang diinginkannya
Tips:
Harus lebih paham apa yang dikatakan anak. Mengajari anak kosakata yang benar dalam berbicara. Meskipun masih anak-anak, berkata celana juga harus celana bukan nana. Berkata masjid juga harus masjid bukan ejid. Anak terkesan masih belum sempurna berkata. Tetapi dia paham. Jika orangtua sudah benar dari awal. Maka akan mudah untuk membenarkan suatu saat. Bahkan terbenarkan sendiri ketika pengucapannya sudah sempurna.

Golden Age Kesempatan Melatih Batita Berbicara

Golden Age Kesempatan Melatih Batita Berbicara

Sabtu, Oktober 13, 2018 0

Beberapa hari lalu saya melatih Baim bab makan. Saat ini saya melatihnya untuk berkata apa yang diinginkannya. Saya juga tak menyangka akan sepesat ini. Baim lima hari saya latih makan sendiri. Benar dia sedikit terlihat kurus. Tapi sejak itu dia tak lagi mau disuapin ummi. Selalu minta makan sendiri.

Kali ini saya melatihnya berbicara. Dia masih belum begitu lancar. Kosa kata yang ia miliki masih sedikit. Tapi, begitu diajarkan satu kosa kata, ummi seperti mengukir diatas batu.

Hari ini dia mulai mengurangi teriak-teriak ketika minta ASI. Mulai berbicara jika menginginkan sesuatu.
"Mi, au itu..." (Mi... Mau itu)
Hari ini dia sering berkata kalimat tersebut, daripada merengek dan menangis.

Maa shaa Alloh, Nak... Terima kasih sudah mau belajar. Ummi juga akan belajar mengajarimu agar bertambah kosakatamu. Maafkan ummi yang masih terlalu bodoh untuk menjadi ibumu.

#Day9
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Kendala:
Belum banyak kosakata
Pencapaian:
Mau mengatakan apa yang diinginkan
Evaluasi:
Ummi harus banyak belajar melatih anak berbicara
Tips:
Komunikasi interaktif dengan anak

Mau apa, Nak? (melatih batita mengungkapkan perasaannya)

Mau apa, Nak? (melatih batita mengungkapkan perasaannya)

Jumat, Oktober 12, 2018 0

Sepulang liqo, dia sengaja nggak saya ajak karena sore. Pulangnya pasti habis maghrib. Seperti biasa setiap ummi keluar pasti selalu membawa jajan. Kali ini tidak dan sepertinya dia sedikit kecewa.
Baim: "Waaa..."
Melihat ada kresekan di samping saya.
Ummi: "Ini bukan jajan Nak. Ini termos punya om Ardhan. Punya siapa?"
Baim: "Adan..."
Tak lama dia langsung merengek minta ASI. Pergi ke kamar memposisikan diri siap mengASI.
Baim: "Mikkk... Aci aci..." sambil merengek.
Setelah ASI ada aja yang dilakukannya. Aman dunia jika dia bermain-main sendiri. Namun pada kenyataannya, rewel. Apapun mainannya selalu salah. Masa iya? Ummi disuruh ambil bola yang ada di dalam buku? Eh maksudnya bola itu hanya gambar di dalam buku. Hadeh. Kisanak. Mungkin sangat berharap ummi bawa jajan, tapi kali ini tidak. Dia bingung ingin mengungkapkan perasaannya seperti apa.
Ummi: "Lihat yaaa, ummi ambil bolanya dari buku lalu ummi lempar jauuh daan, itu bolanyaa ada banyak di sana" saya menunjuk ke arah bola bola kecil mainannya yang berserakan. Kemudian pecahlah tawanya. Itupun tak sebentar. Ia menangis kembali. Apa yang diinginkannya masih menjadi rahasia hatinya.
Ummi: "Laper ya? Maem ya?" Ia malah semakin menangis. Saya membawanya ke arah meja makan. Ada kurma di sana. Kurma oleh-oleh abi dari Surabaya kemarin.
Ummi: "Aim mau?"
Baim langsung menganggukkan kepala. Tanda setuju. Benarlah sepertinya dia ingin umminya bawa jajan sepulang liqo. Kurma langsung habis 3 dalam sekali duduk.
Ummi: "Anak sholih makan sambil duduk ya. Sini anak sholih ummi cium dulu..."
Secara mengagetkan, dia sodorkan pipi kanannya untuk dicium ummi. Maa shaa Alloh, maaf ya Nak sore ini ummi nggak bawa jajan (batinku).

#Day8
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Kendala:
Memilih menangis jika ingin sesuatu
Pencapaian:
Dia belajar memahami apa keinginan hati.
Evaluasi:
Ummi harus lebih peka
Tips:
Memberi alternatif pilihan atau solusi, untuk keinginan dalam bentuk lain

Batita Belajar Ucap: Minta Tolong

Batita Belajar Ucap: Minta Tolong

Kamis, Oktober 11, 2018 0

Sambil membawa dua rengginang di tangan. Satu tangan kanan, satu tangan kiri. Dia berlari ke arah ummi. Maksud hati, satunya untuk ummi. Konsentrasi buyar karena mungkin dia sedang kehausan.
Baim: "Mik, Mimik..."
Masih memegang renggingan.
Ummi: "Oh iya, mana botol air putih adik? Tolong diambil, ummi bantu buka"
Baim menuju ke ruang tengah. Botol air minumnya ada di sana. Kembali masih membawa renggingang.
Baim: "Mik... Mimik..."
Ummi: "Lho iya, mana tempat minumnya?"
Baim: "Situ... Mik..."
Sambil menggelengkan kepala. Bahasa tubuhnya memberikan isyarat penolakan untuk mengambil botol minum. Datanglah mbah utinya. Tapi ia juga tak mau diambilkan oleh mbah utinya.
Baim: "Emoh... Emoh... Mik... "
Sambil melihat ke arahku agar mengambilkan botol minum.
Mbah Uti: "Diambilkan mbah uti ko nggak mau ya..."
Kemudian saya bertanya, "Diambilkan umik?"
Baim menunjukan persetujuan tapi belum bicara.
Ummi: "Diambil umik atau Aim sendiri?"
Meskipun jawabnya sambil merengek. Tetap menunjuk ke arah ruang tengah agar ummi segera mengambilkan botol minumnya di sana.
Ummi: "Aim minta tolong botol minumnya diambilkan ummi, ya Mi... Iya Nak..."
Saya tanya jawab sendiri agar dia paham apa yang harus dia katakan jika mengingikan bantuan dari orang lain.
Setelah saya ambilkan botol minumnya:
Ummi: "Bilang apa?"
Baim: "Acih..." (Baca: Terima kasih)

#Day7
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Kendala:
Belum fasih berbicara
Pencapaian:
Mulai belajar berkata apa yang diinginkan
Evaluasi:
Menggunakan bahasa tubuh sambil berkata "ah eh ah eh" karena belum fasih berbicara
Tips:
Mengajukan pertanyaan agar mengerti maksudnya. Membuat dialog percakapan agar dia paham apa yang harus dikomunikasikan.

Melatih Batita Mengatakan Keinginannya

Melatih Batita Mengatakan Keinginannya

Rabu, Oktober 10, 2018 0

Baim, belum begitu lancar bicara. Masih banyak menggunakan bahasa isyarat. Mungkin karena beberapa faktor, salah satunya banjir informasi. Saya tinggal dengan mertua. Mertua saya mengajarkan bahasa Jawa. Sedangkan saya mengajarkan bahasa Indonesia. Karena guru itu harusnya satu saja. Solusinya, saya terus berusaha untuk sounding: "Baim, harus manut kata-kata ummi saja. Selain ummi, No. Karena ummi tahu apa yang terbaik buat Baim."

Hari ini saya melatihnya untuk tidak teriak bahkan menangis jika meminta sesuatu. Mulai dari meminta ASI yang selalu disertai rengekan. Dia terbiasa tiba-tiba langsung duduk dipangkuan saya, posisi siap mengASI. Tak lama kemudian menangis. Bahkan kalau ummi terlalu lama bersiap untuk mengASI, dia selalu teriak-teriak.
Selama ini selalu saya loloskan memberi ASI, setelah dia menangis dan teriak-teriak. Ternyata ini tidak baik untuk kemandiriannya.

Kali ini saya mencoba untuk tidak meloloskan ketika dia pakai bahasa tubuh, dsb. Saya diam saja. Dia mulai merengek. Saya tanya:
"Eh, Apa ini maksudnya?"
Baim:
"Mik... Bubuk..."
Ummi:
"Owh.. Oke Siap! Pejamkan mata... "
Saya terdiam agak lama. Dia seperti menunggu sesuatu.
Ummi:
"Yuk... Merem"
Baim:
"Aci... Aci..."
Rasanya pingin menahan tawa. Tapi saya berhasil memancingnya untuk berkata apa yang diinginkannya. Alhamdulillah 😂

#Day6
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Kendala:
Belum fasih berbicara
Pencapaian:
Mulai belajar berkata apa yang diinginkan
Evaluasi:
Merengek dan berteriak ketika menginginkan sesuatu
Tips:
Sabar, menstimulasi agar mau berbicara atau mengatakan apa yang diinginkan

Perangi Ini Jika Ingin Anak Mau Makan Tanpa Disuapi

Perangi Ini Jika Ingin Anak Mau Makan Tanpa Disuapi

Selasa, Oktober 09, 2018 0

Tidak ada yang spesial hari ini. Seperti hari-hari sebelumnya saya sedang melatih kemandirian Baim dalam hal makan. Hanya saja, hari ini saya dikejutkan dengan kebiasaan Baim yang sudah tidak mau disuapin. Benar ummi yang menyiapkan makan. Sesekali membenarkan sendok, bahkan membentuk nasi agar mudah diambil tangan jika lauk kering. Tapi mulai hari ini, dia menolak suapan dari ummi. Dia ingin setiap makanan yang masuk dari tangannya sendiri. Meskipun itu sudah di tangan ummi. (Jadi ummi kadang transfer ke tangannya).

Kadang ummi merasa belum tega. Bagaimana kalau lamban makan nanti jadi kurus? Jika kotor, makanan berserakan ke mana-mana ummi nggak masalah. Makanan kececeran dibaju? Nggak papa, kotor belum tentu najis dan makanan nggak najis. Baju bisa dicuci. Air tumpah di lantai? Its Okay. Itu hanyalah cairan, bisa dipel. Tapi melatih kemandirian tidak bisa ditunda. Hanya saja, ada rasa belum tega karena takut makanan yang masuk kurang. Antara belum telaten dan tidak sabar.

Kendala:
Makan sendiri terlalu lama
Pencapaian:
Mau makan sendiri
Evaluasi:
Takut kurang gizi
Tips:
Menambah frekuensi makan jika dirasa perlu untuk mengimbangi yang masuk sedikit. Lama-lama akan menjadi banyak jika frekuensi menjadi lebih sering.

#Day5
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Belajar Minum Pakai Gelas

Belajar Minum Pakai Gelas

Senin, Oktober 08, 2018 0

Baim. Batita dua tahun yang suka sekali minum. Apapun itu. Minum air putih, minum susu, minum jus buah, minum teh (tapi yang ini nggak boleh banyak-banyak).
Hari ini pergi arisan keluarga. Setiap hari minggu, seminggu sekali. Ada dua menu jamuan dari tuan rumah. Soto daging dan es segar. Saya kira Baim tidak bakal melahap makanan. Karena beberapa hari ini sedang GTM. Ternyata, dia sendiri yang ingin memegang sendoknya lalu melahap soto yang ada di depannya. Tetap dibenarkan ummi agar tidak tercecer. Ummi pegang sendok makan dari piring ummi. Dia pegang sendok makannya sendiri. Ummi pilihkan bagian yang mudah dimakan. Setelah itu ummi biarkan dia mengeksplorasi es segar. Makanan sepiring habis, santai lah ummi kalo dia mau minum es juga. Dia sendok sendiri, minum sendiri airnya.
Panas menyengat sepulang arisan keluarga, Nini bikin jus tomat dan wortel. Hem... Segarnya. Dia bisa minum pake gelasnya sendiri tanpa sedotan.
Kendala:
Baim kadang tersedak jika minum pakai gelas langsung tanpa sedotan.
Pencapaian:
Bisa minum pakai gelas tanpa sedotan tanpa tersedak.
Evaluasi:
Harus hati-hati karena jika tidak akan tumpah basah semua ke baju.
Tips:
Ambil sedikit saja cairan yang akan dituangkan di gelas agar dia bisa mengontrol sendiri laju air yang masuk ke mulutnya. Jika sudah habis baru dituangkan kembali sedikit. Begitu seterusnya sampai sekiranya cukup. Selesai minum.

#Day4
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Makanan Berkuah

Makanan Berkuah

Minggu, Oktober 07, 2018 0

Pagi-pagi Baim sudah makan agar-agar roti yang dijual di obrok sayur. Saya ambilkan ikan kering dan nasi sama sekali tidak tertarik untuk dimakan. Alhasil rewel sepagian utuh. Saya tawarkan dia untuk minum susu. Mau dibuatkan susu? Iya mau, jawabnya.

Selama proses membuatkan susu terjadilah drama. Akhirnya bisa selesai. Susu setengah gelas habis tak tersisa diminum sendiri. Berarti jelas karena lapar. Sempat bermain ke sana ke mari menghabiskan energi dari susu yang barusan diminum. Karena belum mandi, saya lepas bajunya untuk mandi. Mandi begini juga pake drama lima episode. Episode pertama tidak mau dilepas baju. Semua berusaha dipake kembali. Episode kedua setelah berhasil membujuk mandi, tidak mau dibilas padahal keramas. Episode ketiga setelah mau dibilas, eh dia keterusan tidak mau mentas. Dapat alat baru untuk mainan air. Episode keempat setelah mau mentas, nggak mau dipakaikan pampers. Berlarian ke sana ke mari. Episode kelima, setelah mau dipakaikan pampers. Gak mau dipakai kan baju, maunya minum ASI. Baiklah mungkin dia masih mengantuk.

Kendala:
GTM lagi ga mau makan. Lauk dengan sayur berkuah diambil lauknya saja. Nasi ga mau dimakan.
Pencapaian:
Lauk habis nasinya utuh. Setelah disuapin malah nambah nasi 1 centong.
Evaluasi:
Ga telaten, ga sabar karena ga mau menyendok nasi. Akhirnya nasi disuapkan ummi malah nambah 1 centong.
Tips:
Ummi harus sabar dan konsisten.

#Day3
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Latihan Makan Tidak Pakai Sendok

Latihan Makan Tidak Pakai Sendok

Jumat, Oktober 05, 2018 0

Ikan goreng adalah makanan kesukaan Baim. Selama ini jika makan ikan, ummi suapkan nasi dan dia ambil ikan yang sudah disuwar-suwir. Tekstur kering, jadi makan tidak pakai sendok. Dia sudah cukup mahir jika pakai sendok. Kali ini dia harus makan menggunakan tangan. Kalau dalam bahasa Jawa namanya muluk. Baim sedang menjalani kurikulum latihan makan sendiri dari ummi. Bagaimana kah caranya agar dia bisa makan makanan lauk kering ini?

Otak ummi berputar. Baiklah saya mempunyai ide cemerlang. Saya kepal-kepal nasi nya kecil sebanyak 10 kepal. Seperti terlihat di foto ini. Ikan saya buang bagian duri. Saya sandingkan di dekat kepalan nasi. Bagaimana hasilnya? Dia hanya mengambil suwiran ikan yang sudah hilang durinya. Nasi tidak tersentuh. Baiklah... Harus ada ide lagi untuk membuat dia mengambil nasinya. Saya kepalkan ikan dengan nasi jadi satu. Saya berikan kembali.
"Ayo, Nak. Dimakan."
Dia kembali memakan, dilihatnya tidak ada ikan. Dia protes.
"Mik, Itan..."
"Iya, ikannya di dalem nasi. Makan sama nasinya ya."
"Emoh... "
Saya diam. Dia kembali menonton TV. Tak lama dia mengambil kepalan nasi ikan itu. Alhamdulillah, sabar sabar... Sebentar lagi. Dari 10 kepal sisa 5 kepal, ikan habis. Tidak mengapa, latihan butuh kesabaran. Latihan adalah proses itu sendiri. Semoga segera konsisten untuk tidak membantu Aim makan.

#Day2
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Mandiri Makan Sendiri

Mandiri Makan Sendiri

Jumat, Oktober 05, 2018 0

Tepat dua bulan lalu saya menulis tentang "Kelepasan Proses Makan Baim". Saya bercerita bagaimana Baim hanya menelan makanan-makanan nya tanpa mengunyah.

Di foto terlihat Baim memakan apapun sendiri. Proses inilah yang melatih dia mandiri (makan sendiri). Alhasil, lebaran kemarin banyak yang heran. "Anak kecil, bisa makan sendiri?"

Bagaimana perasaan kalian melihat ini? Positif atau negatif? Sebenarnya tergantung persepsi masing-masing. "Ih, tercecer semua makanan sampai mana manaa". Atau, "Eeeh, itu bahaya tusuk sate nya". Atau malah, "Ngeri bangeeet, nanti kalau tersedak bagaimana? Cuek banget, emaknya kemana". Itu yang negatif.

Kalau saya menyikapinya positif saja. Tercecer, bisa dibersihkan. Bahaya tusuk sate bisa ditumpulkan (patahkan bagian ujungnya) dan tetap diawasi ketika makan sate. Tersedak, itu mungkin karena tidak pernah dilatih makan makanan kasar. Cuek? Ini proses mendidik anak pertama, laki-laki pula. Semua laki-laki adalah pemimpin (minimal pemimpin keluarganya). Calon pemimpin harus bisa mandiri. Semua kalau tidak dilatih/diasah, tidak akan bisa datang sendiri keahliannya. PR saya pun sekarang adalah melatihnya mengunyah dengan cara yg benar. Saya sedih, melihat dia sering tersedak karena tergesa menelan makanan sebelum benar-benar lumat. Mungkin, dia masih sering makan yang lumat-lumat ketika disuapin (jujur, sampai sekarang saya kadang masih bejek-bejek lauk Baim pakai sendok kalau lagi nggak sabar).

Nggak sabar ngeliatnya lama mengunyah, kapan selesai makan nya? Keburu dingin. Bejek-bejek aja semuanya yang kasar-kasar. Atau yang paling parah dari itu "Gendong aja lah, ga sabar banget lihat makan nya lama, belum lagi kalau nggak mau". Hei, sejak kapan Rasulullah ngajarin makan sambil jalan-jalan 😭.

Mendidik itu ternyata seni kesabaran. Lha, kalau kita nggak sabar melihat rumah kotor, nggak sabar nungguin anak makan. Kapan mereka bisa makan sendiri dengan aman? Rasanya setelah ini kepingin minta maaf sama Aim dan bilang, umik sabar menunggu Aim mengunyah dengan benar. Titip doa ya, supaya Baim pintar mengunyah.

(Ditulis setelah dia makan apel kukus sambil jalan-jalan kesana kemari dan tersedak, sampai mengeluarkan air mata, nafas sudah tersengal-sengal, untung dia berlari ke arah umiknya, kemudian saya membantunya agar bisa muntah.)

*kelepasan proses makan Aim, semoga nggak kelepasan toilet training.

Ps: Hari ini saya sabar menunggu Baim memakan buah pir dan bakso kesukaannya. Semoga dia segera bisa mengunyah dengan sempurna. Klik latihan Baim hari ini. Setelah itu, selama 4 hari ke depan Baim akan tetap latihan makan sendiri. Jika telah teruji konsistensinya, maka Baim akan berlatih berbicara ketika menginginkan sesuatu. Tidak teriak-teriak ataupun menangis.

#Day1
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional

Bubur Sumsum Sederhana untuk Suami

Senin, Juli 18, 2016 0

Suami: "Dik, sepertinya abi belum bisa makan nasi."
Me: "Tak buatin bubur ya mas?"
Suami: "Bubur apa?"
Me: "Bubur nasi."
Suami: "Mas nggak suka bubur nasi dik..."

Ceritanya, bersamaan dengan keharusan mencabut gigi, karena geraham kanan suami terus mengeluarkan darah. Suami juga sedang sakit panas (gejala flu). Tepatnya, tertular istrinya ini yang terlebih dahulu sakit batuk dan pilek.

Sepertinya mas sedang menginginkan bubur sumsum untuk sarapan. Saya menanyakan bahan dasar bubur sumsum kepada mama. Di rumah sudah ada gula aren/gula merah. Saya pergi ke rumah Bu Wito (tetangga dekat rumah, pemilik toko mracang) untuk membeli santan kelapa dan tepung beras. Ketika berbelanja beberapa bahan di sana, saya menanyakan proses pembuatannya kepada Bu Wito. Di rumah Bu Wito, saya juga meminta dua lembar daun pandan untuk aroma. Sebagai referensi lain, saya membuka beberapa situs di web untuk memastikan bahan serta langkah yang benar.

Hasil kolaborasi resep dari beberapa sumber tersebut adalah sebagai berikut.

Bahan bubur:
1. 100 gr tepung beras
2. 1 ltr air, gunakan sebagiannya untuk membuat santan kelapa, (susu putih cair bisa menjadi alternatif bagi yang tidak suka santan, rasanya pun bisa lebih enak dari santan).
3. Garam secukupnya
4. 1 lembar Daun Pandan ditali simpul
Bahan saus:
1. 250 gr Gula merah/gula aren
2. 3 sdm Gula putih/gula pasir
3. 500 ml Air (jika suka saus yang kental, bisa ditambahkan sedikit larutan tepung maizena/tepung kanji)
4. 1 lembar Daun pandan ditali simpul

Langkah pembuatan:
1. Seperti membuat agar-agar, supaya tidak menggumpal, larutkan 100 gr tepung beras dengan 750 ml air dingin, aduk rata sebelum dipanaskan di atas api.
2. Gunakan 250 ml air untuk membuat santan atau mencairkan susu putih, lalu campurkan dengan hasil di langkah pertama, masukkan satu simpul daun pandan yang sudah dibersihkan, aduk rata.
3. Masak adonan yang telah disiapkan di atas api kecil, tambahkan garam secukupnya hingga terasa gurih. Aduk-aduk sampai mengental dan menjadi bubur.
4. Siapkan saus gula dengan melarutkan 500 ml air dan 250 gr gula merah/gula aren. Tambahkan 3 sdm gula pasir dan satu simpul daun pandan. Aduk rata hingga larut. Jika suka saus yang kental, tambahkan sedikit larutan tepung maizena/tepung kanji. Aduk kembali hingga menjadi kental.

Bubur sumsum siap disajikan dengan mencampurkan saus gula secukupnya.

*suami suka, habis satu mangkuk, adik-adik juga menyerbu habis hingga ke intipnya (baca: bagian bawah bubur yang mengendap), dan niat hati mau bontot buat makan siang suami, apa daya habis tak tersisa, hehe alhamdulillah.

Perempuan Multitasking

Sabtu, November 14, 2015 0
Dalam masalah pekerjaan yang lebih melibatkan pikiran (bukan perasaan), benarlah jika perempuan itu multitasking, dapat mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu waktu atau sebut saja di saat yang bersamaan. Otak pada perempuan memiliki saraf penghubung (corpus collosum) yang cukup besar antara otak kanan dan kiri. Berbeda dengan pria yang memiliki saraf penghubung lebih kecil. Sehingga pria lebih membutuhkan fokus karena koneksi antara otak kanan dan kiri lebih lemah. Multitasking pada perempuan membawa pengaruh yang baik namun juga menimbulkan dampak negatif. Pengaruh baiknya antara lain:
1. Tidak hanya dapat menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, namun juga dapat menjadi tempat curhat tetangga/ibu-ibu yang lain, serta menjadi pelayan-sahabat-partner hidup yang istimewa bagi suami.
2. Tidak hanya dapat menjadi manager rumah tangga yang baik, manager bisnis atau pekerjaan sekaligus dapat dikerjaan bersamaan.
3. Dapat menyelesaikan banyak pekerjaan rumah tangga (mencuci, menyapu, memasak dsb.) dalam satu waktu.
4. Memiliki waktu longgar ketika pekerjaan telah selesai.
5. Hemat waktu.
Sedangkan dampak buruknya adalah perempuan akan cenderung mudah stres dan memiliki kualitas pekerjaan yang tidak maksimal atau biasa saja. Hal ini juga mengakibatkan perempuan mudah lelah, daya ingat cepat menurun dan emosional (mudah marah).