Brownies Kukus Sakina

Selasa, Januari 29, 2013 1
Okey, sebelum membuat kita siapkan alat dan bahan terlebih dahulu yuk.

Alat:
1. Mixer
2. Timbangan/Neraca
3. Sendok/Garpu,dsb.

4. Baskom
5. Kukusan
6. Kompor
7. Loyang
8. Panci Besar
9. Panci kecil

Bahan:
1. Tepung terigu 1/4kg
2. Telur 4 butir
3. Gula 200gram atau lebih boleh suka-suka tergantung kadar kemanisan yang diinginkan
4. Mentega 50 gram
5. Coklat Batang 250 gram
6. Ovalet 1 sendok teh
7. Kismis

Semua alat dan ukuran bahan bisa dikreasikan sendiri, segala perhitungan di atas adalah standartnya. Namun kata ibu jaman dahulu, semakin suatu resep tidak ada takaran yang pas, semakin berpeluang untuk menjadi enak. Dengan kata lain, takarannya sesuai dengan hati, rasakanlah dengan hati sampai terasa pas, masing-masing dari kita terutama kaum ibu mempunyai insting yang oke untuk ini, manfaatkanlah, hehe.
Tereng-tereng, dan caranya adalah sebagai berikut.

Sebelumnya, siapkan loyang dengan melumurinya mentega dan tepung terigu agar dalam proses pengkukusan nanti adonan tidak lengket setelah jadi. Siapkan kukusan, nyalakan api kecil, masukkan loyang yang telah siap ke dalam kukusan. Biarkan alat ini bekerja. Sisihkan kemudian kita membuat adonan :)

Pertama membuat lelehan coklat, lelehkan mentega dengan batang cokelat, caranya beri air di panci besar kira-kira setengahnya, jangan sampai penuh. Kemudian di atas panci besar yang berisi air tadi tempatkan panci kecil, di dalam panci kecil ini isi mentega dan cokelat  yang akan dilelehkan. (hanya berisi mentega dan cokelat, no air).

Kerudung Sifon dari Kampung Arab

Minggu, Januari 20, 2013 4
Hari ini, aku pergi ke kampung Arab bersama dua kawan rantauku di Malang. Tujuannya untuk membeli jilbab. Eitss, namun belinya tak asal beli, kami membeli untuk menjualnya kembali di kampung halaman. Istilah jawa-nya adalah kulakan, asyik. Sepertinya benar, "buah jatuh tak jauh dari akarnya, eh pohonnya", hehe. Jiwa wirausaha ayahku memang sudah lama merasuk dalam tubuh, namun akhir-akhir ini terasa begitu parah, sampai-sampai uang sudah hampir habis pun dibela-belain kulakan. Tau aja kalo mau pulang kampung, dihabis-habisin buat kulakan. Semoga cukup sampai tujuan yak, heem.
Dalam masa uji coba, aku membeli empat potong jilbab berbahan kain sifon. Konon katanya bahan ini sedang menjadi favorit di kalangan remaja. Bahan ini semacam paris, namun lebih tebal dan halus. Aku membeli dengan lebar yang cukup untuk sebuah jilbab segiempat agar tidak terawang. Aku juga memilih warna yang tidak terlalu muda, karena jika terlalu muda akan terlihat sedikit terawang. Kita harus tetap syar'i, meski kita suka mengikuti tren. Ingat, harus tetap menjadi pematuh syariah yak 8).
Cukup bagus dan menarik kulakan jilbab di sini. Aku membeli warna peach, ungu tua, orange segar, dan merah hati. Doakan semoga orang-orang di kampungku banyak yang suka ya :)
Jika yang baca juga suka, boleh pesan deh di sini, kasih komentar di tulisan yang ini. Limited Edition lho, hehehe.
bahan: kain sifon polos halus
lebar: 1.15 cm
harga: 35.000 rupiah

Kursus Menjahit

Sabtu, Januari 19, 2013 20
Mengingat kedua mbah putri saya yang di Gresik maupun yang di Ponorogo (almh.) adalah seorang penjahit, maka merasa malu jika cucu putri-nya tidak bisa menjahit, hehe. Sebenarnya keinginan ini sudah sejak lama, namun baru muncul serta bisa merealisasikannya akhir-akhir ini.
Semua perempuan pasti memiliki naluri keibuan. Satu impian yang ingin saya lakukan ketika menjadi ibu adalah membuatkan baju untuk anak-anak. Tak lama Allah memperlancar keinginan saya untuk belajar. Insya Allah dalam waktu dekat saya akan belajar menjahit bersama bunda. Beliau adalah tukang penjahit baju saya selama di Malang. Mengapa dipanggil bunda? Ceritanya karena anak semata wayang beliau memanggil Bunda. Nama sebenarnya Ibu Arafah.
Hari itu saya melangkahkan kaki menuju rumah bunda untuk menjahitkan baju gamis. Saya dan seorang kawan yang ingin belajar menjahit berkeinginan menyampaikan maksud ini kepada beliau. Ceritanya lagi nih, sekali tempuh dua maksud tersampaikan. Maksud pertama menjahitkan kain untuk baju gamis, dan maksud kedua adalah belajar menjahit bersama bunda. Sebelumnya sempat berdebar-debar, kira-kira bunda mau gak ya ngajarin kita. Dalam feeling saya, melihat bunda yang ramah seperti itu, saya menyimpulkan bahwa bunda bersedia. Sebelum diukur, kami sudah menyinggung soal belajar menjahit. Amazing, respon bunda begitu cepat. Bunda juga bilang bahwa pernah ada yang seperti kami juga belajar di tempat bunda, yaitu mahasiswi semester akhir yang sudah mau pulang ke kampung halamannya masing-masing dan ingin membawa bekal keahlian menjahit. Tak tanggung-tanggung, bunda juga memotivasi kita bahwa karena semua ada ilmunya maka semua itu bisa dipelajari. So sweet, semoga kami bisa bertahan hingga final.
Setelah saya diukur bunda untuk keperluan pembuatan gamis (maksud pertama tadi), bunda langsung menuliskan peralatan dan bahan-bahan yang harus kami miliki untuk belajar menjahit. Bunda mencatatkannya di kertas, dan menyuruh kami membeli semua itu di toko khusus penjualan alat-alat menjahit di daerah Dinoyo. Alat dan bahan yang dituliskan di secarik kertas itu adalah:
1. Alat tulis
2. Buku besar (folio)
3. Pensil merah biru atau spidol
4. Skala (penggaris kertas)
5. Jarum pentul
6. Gunting
7. Kertas blat
8. Rader


Semoga kami lulus hingga tingkat mahir.
Alhamdulillah, mesin jahit di rumah akan segera dinaikkan ke atas lagi dan bisa bermanfaat. Doakan kami ya teman-teman :)

[Repost] Sebuah Nasehat untuk Nasehat

Jumat, Januari 11, 2013 0

Wudhu seperti itu tuh salah!” seseorang berkopiah dengan baju koko putih bersih tiba-tiba bercelutuk ketika melihat seorang pria sedang berwudhu.
Seketika juga sang pria tersentak dan terhenti dari wudhunya. Kepada siapa lagi pria berbaju koko ini berbicara kalau tidak kepadanya karena dia lah satu-satunya yang berwudhu saat itu. Sedangkan yang lainnya hanyalah bocah-bocah yang ramai bermain dalam keceriaan. Saat itu juga tiba-tiba keramaian bocah terhenti. Seluruh mata kini reflek menatap pria dengan parfum yang tercium harum tersebut dan kemudian berbalik menatap pria yang sedang berwudhu.

“Terus bagaimana yang benar?” sang pria pun akhirnya balik bertanya dengan wajah sedikit merah padam. Suaranya serak seperti menahan amarah. Rupanya sang pria sedikit jengkel juga walaupun dia menyadari bahwa dirinya salah. Tepatnya sang pria kesal karena malu. Di sana banyak orang dan banyak anak kecil juga salah satu putranya yang kini menyaksikan ayahnya yang tak becus dalam berwudhu.

Dalam hati kini pria membatin “Mentang-mentang banyak ilmunya!” alih-alih merasa berterima kasih karena tengah hendak dibetulkan wudhunya, sang pria malah beralih meredam sakit hati dalam hati karena telah ditegur terang-terangan di depan orang banyak. Sang pria hanyalah manusia biasa yang pastinya punya perasaan.

Sedikit merenung tadi malam setelah membaca sebuah buku pada bab Nasihat dan akhirnya membuat saya tergerak menuliskan ini. Bukan karena apa-apa namun lebih karena saya amat tertohok dengan setiap baris kata-kata di dalamnya. Karena saya baru sadar bahwa ternyata menasehati itu amat tinggi pahalanya di sisi Allah. Dan karena saya juga miskin ilmu sehingga tak dapat menasehati, maka tidak apalah, semoga sepenggal tulisan yang merupakan rangkuman dari beberapa tulisan ini merupakan sebuah nasihat yang baik.

Longing, Secret, and Awesome

Longing, Secret, and Awesome

Selasa, Januari 08, 2013 0

Bismillah, catatan ini kutulis setelah iseng-iseng melihat foto-foto, dan tak sengaja menemukan foto-foto ketika liburan bersama teman-teman FLP di Batu Secret Zoo (BSZ). Tiba-tiba gemuruh batinku mengingat sesuatu. Selain teringat sebuah janji menulis kepada Pak Dian tentang perjalanan liburan ke BSZ, foto-foto ini mengingatkanku pada suatu rasa yang campur aduk, yang jelas rasa ini bernama KANGEN. Sungguh, dari ujung rambut hingga ujung ibu jari kakiku, aku merindukan teman-teman FLP. Semoga tanggal pertemuan kita yang telah dijanjikan terasa tidak lama ya.

Masih ingatkah ketika itu kita bersiap menuju Batu Secret Zoo dengan naik angkot? Kita berkumpul di Terminal Landungsari. Hal yang paling kuingat adalah aku mencicipi kepada kalian brownies buatanku. Satu rahasia, brownies itu kubuat dengan meminjam dapur mbak Wulan, H-1 sebelum keberangkatan kita menuju Batu. Pokoknya hari itu serba merepotkan mbak Wulan. Tapi, semoga rasanya tidak mengecewakan, yang jelas aku membuatnya dengan sepenuh CINTA :)
Perjalanan ke Batu yang begitu menyenangkan.

Sesampainya di BSZ, kita sarapan dengan ayam dan minum susu segar dari DAU. Pokoknya semua kelengkapan gizi kita sebelum masuk BSZ serba sudah siap, dan orang-orang di balik layar atas semua itu, tereng-tereng.... Inilah PAHLAWAN PERUT KITA, Mbak Agie dan Ibunya + Pak Day. Arigato Gozaimash :)
Kebayaaang betapaa serunya piknik kita waktu itu.

Tak lama, sebelum kita masuk BSZ, ternyata eh ternyata kita harus mengantri (padahal tiket sudah di tangan). Hem karena pengunjung yang banyak sekali, dua kali, tiga kali, maka kita harus mengantri sodara-sodara. Sudah mirip antrian jatah sembako atau subsidi BBM gak sih? hoho. Okeh, eitz ada yang ketinggalan sebelum itu, ibu-ibu pada hunting dulu nih di pasar depan BSZ, hunting TOPI, aha kan lebih cakepan pake topi, ups tapi pada seragam semua nih modelnya, kayak anak panti dari yayasan manaa gitu :P Tapii, emang kita pikirin?? kagaaak, kita kan se-hati beribu cinta ya buu :) *lirik Maulida dan mbak Lin

Yak, saatnya yang ditunggu-tunggu, kita masuk  BSZ teman-teman, tak lupa NARSIS dulu, action ^_~ *gubrak