Mau apa, Nak? (melatih batita mengungkapkan perasaannya)

Jumat, Oktober 12, 2018

Sepulang liqo, dia sengaja nggak saya ajak karena sore. Pulangnya pasti habis maghrib. Seperti biasa setiap ummi keluar pasti selalu membawa jajan. Kali ini tidak dan sepertinya dia sedikit kecewa.
Baim: "Waaa..."
Melihat ada kresekan di samping saya.
Ummi: "Ini bukan jajan Nak. Ini termos punya om Ardhan. Punya siapa?"
Baim: "Adan..."
Tak lama dia langsung merengek minta ASI. Pergi ke kamar memposisikan diri siap mengASI.
Baim: "Mikkk... Aci aci..." sambil merengek.
Setelah ASI ada aja yang dilakukannya. Aman dunia jika dia bermain-main sendiri. Namun pada kenyataannya, rewel. Apapun mainannya selalu salah. Masa iya? Ummi disuruh ambil bola yang ada di dalam buku? Eh maksudnya bola itu hanya gambar di dalam buku. Hadeh. Kisanak. Mungkin sangat berharap ummi bawa jajan, tapi kali ini tidak. Dia bingung ingin mengungkapkan perasaannya seperti apa.
Ummi: "Lihat yaaa, ummi ambil bolanya dari buku lalu ummi lempar jauuh daan, itu bolanyaa ada banyak di sana" saya menunjuk ke arah bola bola kecil mainannya yang berserakan. Kemudian pecahlah tawanya. Itupun tak sebentar. Ia menangis kembali. Apa yang diinginkannya masih menjadi rahasia hatinya.
Ummi: "Laper ya? Maem ya?" Ia malah semakin menangis. Saya membawanya ke arah meja makan. Ada kurma di sana. Kurma oleh-oleh abi dari Surabaya kemarin.
Ummi: "Aim mau?"
Baim langsung menganggukkan kepala. Tanda setuju. Benarlah sepertinya dia ingin umminya bawa jajan sepulang liqo. Kurma langsung habis 3 dalam sekali duduk.
Ummi: "Anak sholih makan sambil duduk ya. Sini anak sholih ummi cium dulu..."
Secara mengagetkan, dia sodorkan pipi kanannya untuk dicium ummi. Maa shaa Alloh, maaf ya Nak sore ini ummi nggak bawa jajan (batinku).

#Day8
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
#KuliahBundaSayang

Kendala:
Memilih menangis jika ingin sesuatu
Pencapaian:
Dia belajar memahami apa keinginan hati.
Evaluasi:
Ummi harus lebih peka
Tips:
Memberi alternatif pilihan atau solusi, untuk keinginan dalam bentuk lain

Kecantikan hakiki adalah kecantikan abadi yang tak pernah berubah, tak pernah mati dan tak pernah lekang termakan zaman ataupun waktu. Kecantikan yang terpancar dari kesantunan, kelembutan, keramahan, kerendahan hati, ketaatan serta kecintaan pada Rabb dan Rasulnya. Seperti kecantikan sejati yang terpancar lewat kecerdasan Aisyah ra., kebijaksanaan Khadijah ra., ketaatan Fatimah Az Zahra, ketabahan Siti Hajar dan keimanan Siti Masyitah.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

bismillah EmoticonEmoticon