“Nduk Ni, Ahad pendak besuk tak ajak neng Dome yo Ni. Mbah entuk undangan iki lho Ni..”(baca: “Ni, Ahad besuk tak ajak ke Dome ya. Mbah dapat undangan ini lho Ni.”)
Dengan pelan dan lirih mbah uti menyampaikan keinginannya untuk datang ke ta’aruf haji di Dome Unmuh Ponorogo bersama mbak Saini. Mbak Saini adalah orang yang merawat mbah 2 bulan terakhir ini hingga ajal menjemput. Entah kenapa mbah uti menjadi ragu untuk bisa menghadiri undangan itu. Kondisi fisiknya yang sekarang berbeda dengan 2 tahun yang lalu. Akhir-akhir ini mbah uti harus memakai kursi roda. Dalam benaknya, ada sedikit rasa kecil hati. Apakah ia bisa atau tidak, menunaikan haji dengan kondisi yang sekarang.
Sudah sejak lama mbah ingin pergi Haji. Alhamdulillah mbah uti dan mbah kakung akhirnya mendapat kloter berangkat ke tanah haram tahun depan (2012). Setelah sebelumnya perjuangan untuk memenuhi rukun islam kelima itu penuh aral dan rintangan.
Sekitar 2 tahun lalu mbah uti bertanya pada salah satu adiknya ayah yang nomor 5, Bulik Dewi Aisyah:
Sekitar 2 tahun lalu mbah uti bertanya pada salah satu adiknya ayah yang nomor 5, Bulik Dewi Aisyah:
“Piye ya Nduk carane ben rada enteng? Bune selak ndang pengen mangkat haji.”(baca: “gimana ya Nak caranya biar lebih ringan? Ibu ingin segera berangkat haji.”)
“Bu, sebenarnya kekurangan biayanya tinggal sedikit. Ibu nabung pripun? Uang pensiunan sedikit disisihkan, terus dimasukkan koperasi, ” Solusi bulik memberi secercah harapan buat mbah uti.
Peristiwa yang paling mengharukan setelah perbincangan ini. Peristiwa yang kami ketahui setelah malaikat nyawa menggandeng mbah uti ke perjalanan selanjutnya.