Mbah Uti Ingin Naik Haji

Rabu, Juli 27, 2011
“Nduk Ni, Ahad pendak besuk tak ajak neng Dome yo Ni. Mbah entuk undangan iki lho Ni..”
 (baca: “Ni, Ahad besuk tak ajak ke Dome ya. Mbah dapat undangan ini lho Ni.”)
Dengan pelan dan lirih mbah uti menyampaikan keinginannya untuk datang ke ta’aruf haji di Dome Unmuh Ponorogo bersama mbak Saini. Mbak Saini adalah orang yang merawat mbah 2 bulan terakhir ini hingga ajal menjemput. Entah kenapa mbah uti menjadi ragu untuk bisa menghadiri undangan itu. Kondisi fisiknya yang sekarang berbeda dengan 2 tahun yang lalu. Akhir-akhir ini mbah uti harus memakai kursi roda. Dalam benaknya, ada sedikit rasa kecil hati. Apakah ia bisa atau tidak, menunaikan haji dengan kondisi yang sekarang.

Sudah sejak lama mbah ingin pergi Haji. Alhamdulillah mbah uti dan mbah kakung akhirnya mendapat kloter berangkat ke tanah haram tahun depan (2012). Setelah sebelumnya perjuangan untuk memenuhi rukun islam kelima itu penuh aral dan rintangan.
Sekitar 2 tahun lalu mbah uti bertanya pada salah satu adiknya ayah yang nomor 5, Bulik Dewi Aisyah:
“Piye ya Nduk carane ben rada enteng? Bune selak ndang pengen mangkat haji.”
(baca: “gimana ya Nak caranya biar lebih ringan? Ibu ingin segera berangkat haji.”)
“Bu, sebenarnya kekurangan biayanya tinggal sedikit. Ibu nabung pripun? Uang pensiunan sedikit disisihkan, terus dimasukkan koperasi, ” Solusi bulik memberi secercah harapan buat mbah uti.
Peristiwa yang paling mengharukan setelah perbincangan ini. Peristiwa yang kami ketahui setelah malaikat nyawa menggandeng mbah uti ke perjalanan selanjutnya.
Petugas koperasi kemarin lusa datang. Membawa buku tabungan mbah uti. Mengharukan, mbah menabung sejak bulan 5 tahun 2010. Satu tahun lebih dua bulan mbah uti berhasil menabung dengan nominal total yang tak sedikit dengan uang pensiunan yang pas-pasan. Terkumpul hingga terakhir menabung lebih dari 8 juta. SubhanaAllah, hati ini gemetar, mulut pun kelu tak bisa berkata apapun. Mata pun kembali berderai setelah seminggu yang lalu tak henti-hentinya menguraikan apa yang terjadi.

Ya Allah, begitu kuat keinginannya untuk pergi kesana. Dalam kondisi fisik yang lemah, finansial yang serba pas-pasan. Mbah uti tetap bersemangat untuk bisa sampai kesana. Tak peduli apa yang akan terjadi di depan. Hanya saja menjadi ciut karena kondisi fisik yang semakin melemah. Tapi azzam-nya mengalahkan semuanya. 

Ahad, 24 Juli 2011 kemarin adalah hari dimana mbah uti akan mengajak mbak Saini pergi ke Dome untuk menghadiri undangan ta’aruf haji. Apa daya, takdir berkata lain. Belum sempat acara itu terlaksana. Tak sempat mbah pergi ke tanah suci. Tak sempat semua keinginan terpendam mbah terungkap. Secuil pesan pun tak sempat diungkapkan mbah.

Andaikan saya bisa sedikit menawar malaikat itu. Merayu untuk mengganti jadwal penumpang yang akan dijemputnya. Satu tahun saja, setelah mbah pergi menyempurnakan rukun islamnya. Satu tahun saja…
Namun, sepertinya malaikat itu terburu membawa mbah menuju tempat terindah. Tempat yang bahkan jauh lebih indah dari tanah suci...

 "Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. ALI IMRAN:97)

"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. ATH THALAQ:3)

Rasulullah saw. Bersabda, "Bila hari kiamat tiba dan ditangan salah seorang dari kalian terdapat tunas pohon kurma, tanamlah!" (HR. Ahmad dlm musnadny, III, 183) 
 *Semoga semangat mbah uti bisa mengalir di jiwa kita yang masih bernafas, walau pun usia kita habis esok hari

Kecantikan hakiki adalah kecantikan abadi yang tak pernah berubah, tak pernah mati dan tak pernah lekang termakan zaman ataupun waktu. Kecantikan yang terpancar dari kesantunan, kelembutan, keramahan, kerendahan hati, ketaatan serta kecintaan pada Rabb dan Rasulnya. Seperti kecantikan sejati yang terpancar lewat kecerdasan Aisyah ra., kebijaksanaan Khadijah ra., ketaatan Fatimah Az Zahra, ketabahan Siti Hajar dan keimanan Siti Masyitah.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

bismillah EmoticonEmoticon