[Tentang Ikhlas] Ayah dan Etawa Buka Puasa

Jumat, April 20, 2012 0

"Nduk, ayah jagaen ya, mama pergi ke Polindes dulu nanti kalau ada apa-apa langsung SMS mama. Adik-adik di rumah semua kok."

Pesan mama padaku. Hari ini hari ke-20 bulan ramadhan 1432 Hijriyah. Ayah tak enak badan, mungkin fisik yang berontak karena beliau tak pandai menjaga pola makan. Diagnosa sementara tifus. Sebagai anak, siapa yang tidak khawatir dengan kondisi ayahnya seperti ini. Takut ada apa-apa, aku pun gencar membujuk ayah agar mau makan dan minum obat.

"Ayah batalin puasa ya biar cepat sembuh."

Ayah tak kunjung membatalkan puasa sedang beliau jelas terkapar tak berdaya di atas kasur. Aku pun mulai geregetan.

“Yah, kalau hari ini mau makan dan minum obat, besuk sembuh dan bisa puasa lagi dengan kondisi fit. Daripada gak sembuh-sembuh nanti tambah parah malah gak bisa puasa lho.”

Setelah sebelumnya terdiam, jawaban dari ayah pun keluar dengan kalem.

Siapa yang menjamin... Shaumu Tashihu..”

Heem, stimulus yang dicontohkan Rasulullah tersebut memang ampuh, aku pun terdiam. Beberapa menit kemudian tiba-tiba ayah ganti menyuruhku melakukan sesuatu.

“Nduk, daripada ayah yang kamu suruh membatalkan puasa. Sekarang pergi sana kamu ke kandang kambing utara masjid. Sudah tiga hari kambingnya gak dikasih pakan. Sisa-sisa sahur tadi pagi bawa semua ke sana. Campur dengan rambanan yang numpuk di belakang masjid. Jangan lupa ditambah air. Juga kalau gak salah…. masih ada satu gepok pisang, campur jadi dua ember. Bagi sama rata. Ajaken Dik Fadhi.....