"Nduk, ayah jagaen ya, mama pergi ke Polindes dulu nanti kalau ada apa-apa langsung SMS mama. Adik-adik di rumah semua kok."
Pesan mama padaku. Hari ini hari ke-20 bulan ramadhan 1432 Hijriyah. Ayah tak enak badan, mungkin fisik yang berontak karena beliau tak pandai menjaga pola makan. Diagnosa sementara tifus. Sebagai anak, siapa yang tidak khawatir dengan kondisi ayahnya seperti ini. Takut ada apa-apa, aku pun gencar membujuk ayah agar mau makan dan minum obat.
"Ayah batalin puasa ya biar cepat sembuh."
Ayah tak kunjung membatalkan puasa sedang beliau jelas terkapar tak berdaya di atas kasur. Aku pun mulai geregetan.
“Yah, kalau hari ini mau makan dan minum obat, besuk sembuh dan bisa puasa lagi dengan kondisi fit. Daripada gak sembuh-sembuh nanti tambah parah malah gak bisa puasa lho.”
Setelah sebelumnya terdiam, jawaban dari ayah pun keluar dengan kalem.
“Siapa yang menjamin... Shaumu Tashihu..”
Heem, stimulus yang dicontohkan Rasulullah tersebut memang ampuh, aku pun terdiam. Beberapa menit kemudian tiba-tiba ayah ganti menyuruhku melakukan sesuatu.
“Nduk, daripada ayah yang kamu suruh membatalkan puasa. Sekarang pergi sana kamu ke kandang kambing utara masjid. Sudah tiga hari kambingnya gak dikasih pakan. Sisa-sisa sahur tadi pagi bawa semua ke sana. Campur dengan rambanan yang numpuk di belakang masjid. Jangan lupa ditambah air. Juga kalau gak salah…. masih ada satu gepok pisang, campur jadi dua ember. Bagi sama rata. Ajaken Dik Fadhi.....”
Ternyata selama tiga hari ayah sakit, etawa pun ikut berpuasa ramadhan tiga hari. Aku yang amatir bahkan tak tau apa-apa urusan kambing, hari itu terpaksa melakukan semua yang diperintah ayah.Dengan langkah berat dan segala ketidakikhlasan dalam hatiku. Semakin berat ketika Dik Fadhi, adik laki-lakiku, lebih memilih bermain bola daripada membantuku mengurus kambing sore itu. Aku pergi ke masjid membawa makanan sisa. Melihat kambing yang begitu antusias dengan kedatanganku, aku pun jadi sangat bersemangat. Mungkin karena sangat kelaparan. Sesuai perintah ayah, aku harus membuat adonan pakan. Di depan kandang kubuat adonan, tepatnya di semak-semak rumput dan dedaunan pohon mangga yang ditebang. Setelah selesai kubuat, segera kusodorkan dua ember adonan pakan kepada kambing-kambing itu. Aku melihat dan menikmati gerak-gerik mereka. Betapa indahnya mereka yang berbuka setelah menahan puasa tiga hari. Rasa ku pun seperti terhenti pada titik syukur ketika melihat mereka. Benar adanya bahwa barang siapa berpuasa, ia memiliki dua kebahagiaan, salah satunya adalah ketika berbuka puasa. Begitu juga dengan kambing etawa milik ayah.
Tak sadar, aku yang masih berada di semak-semak merasakan keanehan. Ada celekit gatal di seluruh tubuh. Kulihat ke bawah, Ya Tuhan banyak semut angkrang di kakiku. Punggungku gatal. Tanganku pun sudah menemukan semut merah besar itu di bagian leher. Ternyata banyak pasukan angkrang di semak-semak rumput dan dedaunan pohon mangga yang ditebang itu. Ku putuskan tali layangan pikiranku yang sedari tadi menikmati indahnya kambing berbuka puasa. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke rumah. Ayah yang sudah bangun dari kasur dan duduk santai di ruang tamu terkaget-kaget. Adik-adik pun juga demikian. Mama yang baru saja pulang dari polindes langsung bertanya.
“Eh, eh, kamu kenapa tho Nduk kok datang-datang kayak gitu??”
Dengan nada mengeluh aku menjawab sambil teriak-teriak gatal dari dalam kamar.
“Hrgggggghhh, tadi enak-enakan lihat kambing buka puasa...malah digigitin angkrang.”
Seperti sudah mengerti dari awal cerita. Ledakan tawa adik-adik dan mama menggema di dalam rumah. Melihat aku yang gatal-gatal digigit angkrang, gara-gara bengong melihat kambing buka puasa.
*Seharusnya saya lebih ikhlas dari kambing-kambing yang berpuasa selama 3 hari itu :D
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhari-Muslim)
"Katakanlah, 'Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya.' Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali Imran: 29)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya," (QS. Qaf:16)
Created: Ponorogo. Sabtu, 20 Agustus 2011 / 21 Ramadhan 1432 H.
Modified: Malang. Kamis, 19 April 2012 / 28 Jumadil Awwal 1433 H.
_Sakina
bismillah EmoticonEmoticon