Satu doa untukku, hilang. Tak akan ada lagi yg mendoakanku dgn doa paling panjang kata2nya, sepanjang kereta api yg paling panjang. Yaa Allah, lapangkanlah kuburx, terangilah perjalananx. Jadikanlah ia ahli surga.
Pagi itu susana hati tak begitu terang
Ada sesuatu hal yang membuatnya sedikit berkabut
Aku melangkah gontai menyalakan motor
Menuju rumah bulik yang berada di pedesaanCukup jauh dari rumahBerharap hati bisa sedikit lebih fresh dari sebelumnyaBenar adanya, aku pergi ke Bukit untuk mendakiBersama 2 sahabat SMA kuSetelah sebelumnya makan bubur bikinan salah satu temanku yg rumahx tak jauh dari bukitBukit yang cukup terjalHanya bermodal keberanianAlhamdulillah suasana hati menjadi cukup lebih baik dari sebelumnya setelah sampai keatas bukitSyukurku atas indahnya hari ini, naik bukit bersama 2 sahabatKeesokan harinya, Senin 18 Juli 2011mama sms:"Mbah Uti mau opname."Siang harinya, aku langsung meluncur ke PonorogoDisuruh mama istirahat dulu agar bisa menjaga mbah nanti malamBelum sempat beranjak istirahatSekitar pukul 16.00 WIBAyah pulang dengan menangisBaru kali ini aku melihat ayah menangis tersedu-seduRupanya aku langsung menangkap apa yang sedang terjadiTanpa pikir panjang aku memeluk ayahSuasana rumah jadi berantakanAku menangis dalam pelukan ayah cukup lamaMama yang menggendong adik bungsu juga dalam keadaan menangis kebingunganKedua adikku lainnya juga ikut terbawa bingungnya suasanaMempersiapkan semua barang yang mau dibawaTak lama kemudian kami meluncur ke Plalangan-Jenangan (kampung mbah uti)Rumah yang begitu sepi, sore itu ramai seketikaMerawat jenazah hingga selesaiDi sela-sela memandikan, aku meraih tangan pamanku (adikx ayah nomor 3)Paman langsung marangkulkuMenangis sembari berkata:"Nduk, sudah gak punya mbah. Tadi malam itu Om Heru masih ngguyoni mbah. Om Heru sangat kehilangan."Paman tersedu-sedu, kejadian ini tepat di depan mbah uti yang sedang dimandikanLelaki kedua yang tak pernah aku melihat kelemahan hatinya sebelumnyaOtomatis air mataku berderai lebih banyak lagiYang tadix tak terisak, sekarang terisak"Sudah, segera ambil air wudhu, sholatin mbah." Paman lebih tenang.Kain kaffan sudah menyelimuti mbah utiSempat aku mencium pipinya untuk terakhir kaliSebelum akhirnya dimasukkan dalam kerandaTepat Adzan Maghrib berkumandangRasanya jama'ah maghrib yang ada di masjid menjadi berjama'ah di rumah mbahPenuhSetelah sholat maghrib, langsung sholat jenazahSetelah itu bersiap-siap menerima tamu pelayatAku membuka si merah muda yang masih kupegang sejak tadiEntah kenapa aku hanya muterin Al-MulkAir mata terus berderai tanpa terisakEntah juga kenapa alirannya belum bisa dihentikanBukan ketidakikhlasan yang menyebabkan ituHanya saja, banyak kenangan yang meletup-letup di memoriBak Layar sejuta pixel hadir kembali hari ituMaklum, mbah yg merawatku sejak kecilSelesai membaca si merah muda, aku yang belum salim sama mbah kakung segera ke depanMenemani mbah kakung bersama bulik2Menyalami para tamu yg melayatMbah kakung belum sadar akan kehadirankuSudah 1 tahun mbah kung menderita glukomaSehingga pandangannya sedikit kaburKetika aku menyalami mbahBulik bilang, 'Firsty mbah."Meledak tangis mbah kung berderai kembaliAkupun tak kuasa menahan aliran yang baru berhentiLelaki ketiga yang belum pernah aku melihat selemah iniMbah berkata yang intinya baru saja mbah uti bilang kalau di rumah sakit nanti ditemenin firsty juga yaYaa Rabb, mbah utiku..Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afihi wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha wa wassi’ madkhalaha wa taqabbala a’malaha waj’al al-jannata maswaha. Allahumma la tahrimna ajraha wa la taftinna ba’daha waghfir lana wa laha..Tamu silih berganti datang dan pergiHingga pukul 20.30 jenazah siap diberangkatkanSuasana haru lebih dari yang tadiJenazah sudah menuju pemakamanTersisa mbah kakung dan kaum perempuan yang ada dirumahmenyalami tamu yang terus berdatanganSelasa, 19 Juli 2011Pagi yang sedikit lebih tenang dari kemarinBeribu tamu datang dan pergiRekan kerja mbah, bulik2, dan om2Tetangga2, saudara2, sanak famili.Hari pun beranjak soreSetelah aku dari kota untuk membeli ayam di pasarPamanku yang ada di Lampung (Adikx ayah nomor 6) danmbak yang ada di Jakarta (cucux mbah yang mbareb) telah tibaAku menyalami pamanku ituSama seperti kejadian awalTinggiku yang hanya diatas perut om NonoSeketika langsung dirangkulMeledaklah tangisan OmAku yang sudah cukup tenangKembali berkaca-kaca dan memerah"Sudah pulang Nduk?""Sudah Om sejak hari jumat, alhamdulillah ikut lihat mbah dimandikan."Masih memeluk dan menangis, tak cukup lama karena di depan para banyak tamu"Ya sudah. . ." kata om Nono yg masih terisak melepaskan pelukanLelaki keempat yang belum pernah aku melihatnya menangis sebelumnyaLagi dan lagi, Allah mengingatkan aku tentang mutlaknya kematianApalagi kejadian mbah yang begitu cepat iniBerangkat ke Rumah Sakit tensi masih 120 mmHgSampai UGD pun masih 120 mmHgSangka, tak disangka, tamu tak diundang yang mampir ke rumah mbahMengikuti sampai ke Rumah SakitDokter mengharuskan mbah masuk ICCU segeraHanya Ayah yang ada disamping mbahPerjalanan masuk ruang ICCU pun mbah masih bisa bicara dan berdzikirSetelah masuk ruang ICCU ituTernyata tamu tak diundang semakin akrab dengan mbahAlat-alat perekam detak jantung dan sebagainya masih mau dipasangTensi mbah semakin menurun dan terus menurunAlat yang dipasang seakan tak berfungsiApa daya, garis lurus yang hanya muncul di layarDokter yang sempat berusaha tetap ditanya ayah yang tak percayaBagai tidur tenang sajaInna lillahi wa inna ilaihi rojiun.Yaa Allah, terangilah perjalanannyaSelamat jalan mbah utikuSeindah doa yang diberi kepadamu"Siti Nurjannah", Cahaya Surga bagimu dan kami semuaSepanjang doamu untuk kamiSepanjang doa kami untukmuDoa ke-7 anakmu & menantuDoa cucu-cucuDoa semua orang yang mencintaiKelak kita akan bertemu di Surga bersama-samaBerkumpul semua keluarga kita dengan keluarga RasulullahAllahumma aamiiin yaa Rabbal'alaamiiin"Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (Q.S An Najm:53)"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan."(QS. Al Ankabut : 57)
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bismillah EmoticonEmoticon