[Repost 2] Indahnya Menjaga Hati

Senin, Oktober 08, 2012
Pemateri: Ustadz Endri Nugraha Laksana
Moderator: Gamal, S.Ked.

Menurut Ustadz Endri, hati itu merupakan sesuatu yang unik dan dapat dibolak-balikkan. Allah SWT yang menjadi dinding atau pembatas antara kita dan hati kita. Oleh karena itu, jika kita ingin meneguhkan hati kita maka satu-satunya cara ialah dengan berserah dan mendekatkan diri kepada Dzat yang mampu membolak-balikkan hati manusia, yaitu Allah SWT. 

Jadikanlah Allah SWT sebagai kekasih yang tertinggi dalam kehidupan kita. Tak ada sesuatu pun yang menandingi kenikmatan saat berjumpa dengan kekasih kita, Allah SWT. Ada hadits yang menyebutkan, “Nanti di akhirat, kamu dapat melihat wajah Allah SWT bagaikan bulan purnama.” Kenikmatan inilah yang menjadikan seorang wanita (pada zaman Rasulullah SAW) berdoa kepada-Nya dengan doa yang sederhana tetapi syarat makna, yaitu “Ya Allah, jadikanlah hamba sebagai tetangga-Mu di akhirat kelak.”
Jika dibaca sekilas memang doa tersebut terlihat sangat sederhana. Namun, jika kita perhatikan dan pahami secara baik-baik, betapa syarat makna doa tersebut. Wanita itu hanya ingin menjadi tetangga Allah SWT agar setiap detik, setiap menit, kapan pun dia mau, dia bisa melihat wajah Allah SWT yang dapat memberikan kenikmatan yang tiada duanya diantara kenikmatan-kenikmatan lain yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya.

Sesungguhnya, Islam itu bukanlah agama yang dilandasi kekerasan. Begini dilarang. Begitu dilarang. Ini nggak boleh. Itu nggak boleh. Terus gimana donk yang dibolehin? Beberapa umat Islam yang kurang mengerti dan memahami ajaran Islam dengan baik dan tepat, mungkin akan merasa terkekang dengan agama ini. Namun, jika kita mampu memahami dan mengerti islam dengan baik, tentu hidup kita akan terasa tentram. Tak akan merasa terbebani oleh larangan-larangan yang memang harus kita tinggalkan.Toh itu demi kemaslahatan kita juga? :)

Manisnya iman yang akan menuntun kita untuk memahami dan mengerti islam dengan baik dan tepat sehingga kita mampu menjalankan roda kehiduan sesuai syariat-syariat islam. Menurut Ustadz Endri, manisnya iman untuk memahami Islam dapat menimbulkan kerinduan kepada Allah SWT, kekasih kita yang tertinggi.

Islam tidak pernah melarang adanya “RASA CINTA” kepada lawan jenis. Hanya saja, kapan waktu yang tepat untuk mengekspresikan “RASA” itu, bagaimana cara yang diperbolehkan untuk mengekspresikannya. Inilah yang harus kita kelola dengan baik dan tepat. Jika “RASA” itu ada, belum tentu harus dituruti, janganlah dilebih-lebihkan, namun KELOLA RASA ITU DENGAN BAIK :)

Bagaimana Menjaga Hati?
Awalnya adalah kemampuan menjaga hati. Telah kita ketahui bahwa hati adalah penentu kebaikan dan keburukan setiap manusia. Nabi SAW telah menjelaskan dalam sabdanya:
“Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging. Jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah, ia adalah hati (al qolbu).” (HR Bukhari Muslim).
Hati yang bersih akan menghantarkan manusia menuju surga Allah SWT sebagaimana telah difirmankan:
“Yaitu di hari harta dan anak-anak laki-lai tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang bersih.” (QS Asy Syu’araa: 88-89)
Karena pusat kebaikan dan keburukan ada dalam hati manusia maka menjaga kebaikan dan usaha membersihkannya adalah sebuah keharusan bagi orang-orang yang beriman.

Ada beberapa cara yang biasa ditempuh untuk menjaga kebersihan dan kebaikan hati:

a. Selalu Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
Cara paling utama untuk menjaga kebaikan hati adalah dengan melakukan pendekatan diri kepada Allah SWT melalui berbagai ibadah. Hanya Allah SWT yang mampu menjaga hati manusia. Oleh karena itu, kita harus selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Semakin dekat kepada Allah SWT, hati akan semakin terjaga dalam kebaikan. Semakin jauh dari Allah SWT, hati akan terjauhkan dari kebaikan. Jika kita selalu dekat dengan Allah SWT, akan selalu terjaga untuk melakukan kebaikan dan menghindarkan keburukan.Bagaimana akan bisa melakukan maksiat sementara kita meyakini dan merasakan pengawasan Allah SWT? Bagaimana akan bisa melakukan hal-hal yang menyimpang dari kebenaran sementara kita selalu merasakan kebersamaan dengan Allah SWT?

b. Selalu Berkomunitas dengan Orang-orang Shalih
Komunitas dan teman karib kita sangat menentukan kebaikan dan keburukan. Berteman dan berkomunitas dengan orang-orang shalih akan membuat kita terbiasa dengan kebaikan, dan sebaliknya. Hidup ini adalah kumpulan dari kebiasaan maka pembiasaan kebaikan bersama orang-orang baik akan membuat kita terbiasa dengan kebaikan. (Jadi ingat kalimat guru bimbel SMA saya dulu: "Ala Bisa Karena Biasa" Thanks to Mr. Yatmo @IEC Banyuwangi).
Nabi SAW menggambarkan pentingnya memperhatikan persahabatan. Suatu ketika seorang sahabat bertanya pada beliau, “Siapakah sahabat paling baik bagi kami?”. Nabi SAW menjawab, “Seseorang yang apabila kamu memandangnya akan teringat kepada Allah SWT, apabila kamu mendengar ucapannya akan bertambah pengetahuanmu tentang Islam, dan apabila kamu melihat kelakuannya kamu teringat kepada hari akhirat.”

c. Menjauhi Penyebab Penyakit Hati
Ada berbagai hal yang menjadi penyebab munculnya penyakit hati. Dr. Ahmad Farid menyebutkan lima hal yang menyebabkan kerusakan hati, meliputi berlebihan dalam berbicara, berlebihan dalam memandang, berlebihan dalam interaksi, berlebihan dalam makan, dan berlebihan dalam tidur. Kelima hal tersebut merupakan pintu masuknya racun-racun ke dalam hati manusia yang bisa mengotori bahkan mematikan potensinya.
Jika kita mampu menjauhkan diri dari berbagai sebab yang menyebabkan munculnya penyakit hati maka hati akan selalu terjaga dalam kebersihan dan kebaikan.

d. Memaksa Diri untuk Berada dalam Kebaikan
Kadang, kita terlalu lemah untuk melakukan kebaikan. Timbul kemalasan dan kemanjaan dengan alas an lelah kerja, kesibukan, dan tidak punya waktu. Kita biarkan hari-hari dan malam-malam mengalir tanpa nilai kebaikan. Bahkan, ajakan untuk melakukan perbuatan maksiat lebih mudah didengar serta diikuti daripada ajakan melakukan ketaatan.
Kuncinya adalah disiplin diri. Paksakan diri untk berada dalam kebaikan. Jangan ikuti ajakan yang melemahkan. Jangan turuti kemalasan yang mengajak kita bersantai dan enggan melakukan kebaikan.



*Sesi Pertanyaan:
1. Seorang akhwat dulunya lulusan Ponpes dan berjilbab lebar (berhijab sesuai syariat Islam). Namun, setelah memasuki usia SMA, dia berpacaran dengan seorang laki-laki. Sejak proses pacaran itu berlangsung, dia mulai mengecilkan jilbab yang dipakainya, sampai akhirnya dia tidak menggunakan jilbab. Kelakuannya pun berubah, tidak seperti dulu yang lemah lembut, baik, dsb. Saat ini, mereka telah menjalin hubungan selama 7 tahun. Bagaimana utstadz menyikapinya? Apa yang seharusnya dilakukan oleh perempuan tersebut?
Islam tidak melarang adanya hubungan antara perempuan dan laki-laki, hanya saja kedua pihak tersebut harus mengaturnya sesuai syariat Islam. Sebaiknya perempuan tersebut melakukan sholat istikhoroh untuk mendapatkan jawaban apakah laki-laki tersebut benar-benar jodoh yang Dia kirimkan? Tuntut pertanggungjawaban juga dari laki-laki tersebut, apakah dia mau melamar dan menikahi si perempuan atau tidak? Kalau tidak mau ya ngapaen dilanjutkan, kalau mau ya DISEGERAKAN. Toh udah 7 tahun, daripada timbul fitnah, dsb.
“Kalau kamu sudah mencintai sesuatu, bisa membuat kamu buta dan tuli. Berhati-hatilah”

2. Bagaimana ustadz menyikapi ikhwan yang suka tepe-tepe alias tebar pesona?
“Tidak akan masuk surga jika ada sedikit rasa sombong.”
Yang dimaksud dengan “RASA SOMBONG” itu, meliputi:
• Menolak realita
Menolak kenyataan
Menolak kebenaran
• Meremehkan teman
• Mundur jadi aktivis
Intine “Ojo Kemethak” :D Melaksanakan atau meninggalkan amal karena orang lain itu “riya”. Lakukan apa yang kamu kerjakan dan serahkan hatimu kepada Allah SWT saat menjalaninya. Masalah hati itu tidak akan dihisab oleh Allah SWT sampai kita benar-benar melaksanakannya. Jika kita merasa telah melakukan kesalahan, langkah yang baik ialah segeralah lakukan evaluasi dan bertobat, tobat yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Jadi, jangan melakukan tepe-tepe seperti ikhwan tersebut karena dapat menimbulkan riya’, penyakit hati yang sangat dibenci oleh Allah SWT yang dapat menjadikan hati terhindar dari kebaikan bahkan mematikan potensinya.

3. Terdapat seorang ikhwan dan akhwat yang menjalin ta’arufan. Ikhwan tersebut bersedia menikahi akhwat tersebut. Hanya saja, dia masih butuh waktu untuk menikahinya, berkaitan dengan masa studi yang sedang dia jalani. Bagaimana ustdaz menyikapinya?
Sebaiknya akhwat tersebut segera meminta kejelasan dari si ikhwan, kapan dia siap menikahi si akhwat. Jika dia mengelak dengan alasan masa studi yang sedang dia jalani, boleh saja si akhwat berkata bahwa yang dia butuhkan kesiapan atau ketidaksiapan dari si ikhwan untuk menikahinya bukan jawaban atas masa studinya. Alangkah baiknya, jika dalam proses ta’aruf tersebut terdapat jangka waktu yang sekiranya tidak merugikan salah satu atau kedua pihak. Jangka waktu tersebut bisa ditentukan oleh kedua pihak. Jika telah siap dan tidak terdapat halangan, mengapa tidak disegerakan saja?

writer: Linda Amora
editor: Firsty Inayatie Sakina


#Tahu Ilmunya, Tertata Amalnya :)
Semoga Bermanfaat

LKI FKUB proudly presented SEMUSIM 2012
“Sempurnakan Separuh Agamamu, Halalkan Cintamu di Atas Jalan-Nya”
@Graha Medika Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Sabtu, 6 Oktober 2012

Kecantikan hakiki adalah kecantikan abadi yang tak pernah berubah, tak pernah mati dan tak pernah lekang termakan zaman ataupun waktu. Kecantikan yang terpancar dari kesantunan, kelembutan, keramahan, kerendahan hati, ketaatan serta kecintaan pada Rabb dan Rasulnya. Seperti kecantikan sejati yang terpancar lewat kecerdasan Aisyah ra., kebijaksanaan Khadijah ra., ketaatan Fatimah Az Zahra, ketabahan Siti Hajar dan keimanan Siti Masyitah.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

bismillah EmoticonEmoticon