
Teringat
saat ayah memaksaku untuk kursus mengemudi mobil. Tiga bulan lamanya aku kursus
agar bisa nyetir mobil. Awalnya aku
tidak setuju dengan paksaan ayah yang menuntutku harus bisa mengemudi mobil. Seorang
wanita tidaklah wajib mengemudi mobil, pikirku. Namun apalah daya, aku hanyalah
seorang anak yang harus mematuhi ayah tercinta.
Alasan
ayah yang membuatku tak berdaya untuk menolak.
“Sunnah Rasulullah menyuruh
mengajari anak-anaknya untuk berkuda. Di jaman Rasulullah memang menggunakan kuda,
namun di jaman kita sudah gak jaman
kuda, adanya mobil. Berkuda dalam arti luas berarti bisa menunggang kendaraan
yang membantu perjalanan jarak jauh. Nah, bisa juga nanti menggantikan ayah
nyopir di saat mudik. Biar kalau ayah capek ada yang ganti. Atau jika Ayah
sudah tidak ada, kalian (kamu, mama, dan adik-adik) bisa Ayah lepas dan tetap
berpergian dengan aman menggunakan mobil.”
Menurut ayah di dalam mobil lebih aman jika harus ke mana-mana dengan jarak
yang jauh.
Ketika
itu barusan lulus dari kursus mengemudi awal tahun 2008. Langsung di uji deh tuh
saya sama ayah. Waktu pergi ke
pengajian ahad pagi. Pergi dari rumah ke tempat pengajian bersama ayah. Masih sedikit
amatir, dredeg-dredeg gimana gitu rasanya jantungku, tapi harus berani. Dan
akhirnya terbukti sampai ke parkiran, xixixi. Dan pulangnya dari ahad pagi,
coba bayangkan. Di tengah keramaian jamaah yang bubar dari pengajian
seumbruk-umbruk itu. Aku dipaksa ayah ngeluarin mobil dari parkiran dengan
pagar yang pas-pasan dan lalu lalang kendaraan yang crowded, huhuhu. Ayaaaaaaahkuuu tegaa benaar. Tapi paksaan ini akhirnya
membuahkan hasil, aku bisa pulang dengan selamat. Subhanaallah, Alhamdulillah,
Allahuakbar!! *Ndesit
Ada lagi
yang paling menegangkan di antara kedua kejadian itu. Pergi ke Gresik.
Sesampainya di jalan
terabasan tiba-tiba ayah berhenti. Tepatnya di jalanan terabasan
daerah Krian. Di situ ada yang namanya
jalan bawah tol, lebih cepet deh kalo ke
Gresik lewat jalan itu, plus-plus bebas biaya TOL.
Tiba-tiba
ayah berhenti di ujung jalan masuk terabasan. Apakah yang akan dilakukan ayah??
Beliau pindah menuju bangku belakang mobil dan tidur.
“Nduk, ayo dilanjutkan”
Jedar-jedar-jedar.
Ayah menyuruhku menyopir dari masuk terabasan sampai ujung terabasan, huhuhu.
Eh, kalau
aku sih tak apa-apa. Santai-santai mencoba hasil kursus selama ini dengan wajah
nyengir. Tapi apakah kalian tahu yang terjadi dengan kedua adikku dan mama??
Mereka histeris teriak-teriak. Ayah yang tadinya menuju bangku belakang disuruh
mama duduk di depan mendampingiku. Akhirnya mama duduk di bangku belakang
bersama kedua adikku. Ayah yang sekarang berada di sampingku, menuntun
pelan-pelan apa saja yang harus kulakukan. Kalau aku, mumpung ada medan belajar
jadi tak masalah. Tapi kawaan, mama dan adikku, selama aku yang nyetir, mereka teriak-teriak
melulu di belakang. Jadinya Jroji deh, eh Grogiiii. Hiks mamaaa, adik, jangan
membuatku tidak PD. Ayah tenang-tenang saja begitu. Gara-gara mama n the geng aja nih aku jadi gak PD dan ceketar-ceketir. Bayangkan, aku simpangan berkali-kali dengan
kendaraan besar, iya kalo mobil, itu truk tronton raksasa, truk gandeng, truk sampah dan
keluarga truk-truk besar lainnya. Ooh salah duga juga, yang kukira sepi,
mengapa jadi medan penuh tantangan begini. Kenapa gak kepikiran, jalan ini kan daerah tambak, jelaslah jika keluarga
truk dan kendaraan gede lainnya jadi saingan simpangan.
bismillah EmoticonEmoticon